Basket - Pada waktu liga baru dibentuk bernama NBL Indonesia, masih ada tim Garuda Bandung. Saat itu adalah musim terakhir bagi I Made Sudiadnyana atau yang akrab disapa Lolik.
Seperti diketahui, basket adalah olahraga yang menggunakan data dan statistik. Cerita-cerita pemain terbaik ini dimulai dari era liga baru, NBL Indonesia. Lolik sendiri merupakan salah satu bagian kisah tersebut.
Saat memasuki usia 40 tahun, dia justru bisa terpilih sebagai Most Valuable Player (MVP). Seperti diwartakan di laman resmi IBL, ia juga pernah berkata bahwa usia hanyalah deretan angka.
Semangat dan menjaga fisik tetap prima merupakan faktor penentu seseorang bisa bertahan di dunia olahraga, apalagi basket yang punya tuntutan fisik berat.
Saat itu Lolik benar-benar jadi motor penggerak tim. Bahkan dari catatan statistik, ia mengumpulkan 13,8 PPG di regular season, di bawah Ary Chandra dari Pelita Jaya dengan torehan 14,0 PPG. Soal tembakan tiga angka, Lolik saat itu masih cukup tajam dengan catatan 45 persen.
BACA JUGA : Brandley Beal Mengaku Alasan Bertahan di Tim Washington Wizards
Soal juara, tentu berat. Di babak playoff, Garuda kalah dengan skor 45-57 dari CLS Knights Surabaya, meskipun saat itu Lolik tampil bagus dengan mencetak 12 poin dan 8 rebound. Pendulang angka utama tim Garuda adalah Denny Sumargo, dengan torehan 15 poin.
Selain dikenal sebagai pemain dengan dedikasi tinggi, Lolik juga memiliki loyalitas tinggi. Jika saja Bhinneka tidak bubar mungkin Lolik masih membela tim kebanggaan Solo itu. Sebab di tim Bhinneka, Lolik merajut sebagian besar kisah suksesnya sebagai pemain basket.
Lolik sudah menjadi ikon basket Solo. Bahkan, di Sritex Arena yang dulu bernama GOR Bhinneka, ada gambar besar Lolik yang sedang beraksi terpampang di salah satu dinding.
Tidak ada pemain lain Indonesia yang mendapatkan kehormatan seperti itu. Kecintaan Lolik terhadap basket, diwujudkan dengan tetap bermain di level veteran. Lolik masih punya kemampuan untuk mencetak poin dengan baik.
0 Komentar